KRITIK KRITIS DAN KRISIS
KRITIK, KRITIS DAN KRISIS
Sering saya salah memahami dan membedakan antara Kritik, Kritis dan Krisis. Sehingga "mencap" orang yang kerap kritik dan kritis dalam situasi krisis tertentu sebagai musuh/lawan–kontra dalam diksi.
Kadang saya sendiri juga berhadapan dengan sejumlah respon di media sosial dan dunia nyata. Bahwa apa yang saya tulis dan sampaikan itu hanya sebuah kritik belaka.
Hingga pada suatu kesempatan di kolom komentar Facebook saya, seorang pernah menulis seperti ini; "...kamu itu tahunya hanya kritik saja".
Salah satunya menyusul tulisan saya tentang buku bapak gembala, Socrates Yoman tentang "Perempuan Bukan Budak Laki-Laki".
Ada pula yang memandang kritik saya itu sebuah pemikiran kritis yang baik sekali, sehingga mereka senang sampai mumuji dan mengangkat-angkat saya. Sebuah perkara yang saya paling tidak suku meski harus menghargai itu.
Bahkan masih ada saja yang memahami bahwa jika seseorang menanyakan sesuatu dalam situasi yang kurang baik-baik saja, dianggap lawan, berseberangan hingga membangun tembok anti kritisme dari ketokohan dan kepopuleran tertentu.
Paling parahnya adalah mereka iri, benci dan bahkan merencanakan kejahatan tertentu untuk menghilangkan jejaknya. Karena mereka rasa dilecehkan, dipermalukan dan direndahkan martabatnya.
Paling disayangkan adalah saya yang sering berintim dengan dunia literasi filsafat, kemudian atas nama etika yang kemungkinannya sangat kecil dalam mengatasi diri di jalan buntu dialogisme dunia nyata dan kekuatan teknologi yang menjanjikan terus berpatokan pada diksi kuno pragmatisme.
Selain itu ada satu kasus. Pada suatu kesempatan seorang pernah bertanya soal dugaan penyalahgunaan dana di KPA pada sebuah provinsi di tanah Papua.
Kemudian seorang pimpinan itu mengancam seorang bapak yang mempertanyakan dalam diskusi group hingga katanya akan dilaporkan ke pihak berwajib karena pertanyaan itu dianggap fitnah dan hoax.
Ternyata benar, justru sekarang si orang yang merasa difitnah itu ditetapkan sebagai tersangka dan sekarang menjalani hukuman di penjara setelah kejaksaan menetapkan dia sebagai terdakwa dari sebuah kasus korupsinya.
Padahal pertanyaan dulu dari seorang itu membantu dia untuk hati-hati, mempersiapkan diri, data dan lain sebagainya. Sayang, dia ditangkap tiba-tiba dan bingung mau buat apa.
Banyak orang di dunia ini jatuh karena sikap anti kritik, bahkan anti kritisme dalam situasi yang krisis. Mereka tidak sadar kalau sikap demikian tidak selamanya membantu apalagi menyelamatkan nasib dan masa depan manusia.
Sikap demikian kerap membawa saya jatuh dalam kesesatan berpikir, dan tidak mampu menganalisis segala bentuk kemungkinan-kemungkinan yang sangat diperlukan dan bisa saja menguntungkan saya sendiri dan banyak orang, itu.
Sejauh ini kita masih memandang kritik dan pemikiran kritis dalam situasi krisis tertentu atas sebuah bentuk peristiwa atau karya konkrit dan bukti faktual tertentu sebagai sesuatu yang harus dihindari.
Kita masih terkungkung dalam ketakutan dan bahaya struktur budaya sosial pragmatis yang pada satu sisi harus dihindari kalau itu berkaitan dengan serangan yang bersifat subjektif, namun kalau hal itu merupakan sebuah pemikiran dengan argumentasi objektif seharusnya disambut baik dalam mengembangkan basis tatanan intelektualisme kita.
Banyak cara untuk kita memahami dan membedakan apa itu Kritik, Kritis dan Krisis. Tetapi disini saya hanya ingin menjelaskan pemahaman saya yang tentunya tidak sempurna.
Tentu saja ini merujuk pada penjelasan seorang dosen yang pada suatu kesempatan mengajarkan tentang filsafat kritisme yang menyatukan antara rasionalisme dan empirisme.
Selain itu, catatan ini masih merujuk pada Kamus Bahasa Latin-Indonesia, Yunani-Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Wikipedia.
Tujuannya, agar menyegarkan ingatan agar kita tidak salah berpikir karena sesat berpikir. Juga supaya kita tidak asal-asalan memahami dan mewujudkan Kritik, Kritis dan Krisis–apalagi memandang kritik, kritis dan krisis adalah sesuatu yang wajib dihindari.
KRITIK
Dalam bahasa Yunani Kuno diartikan sebagai hakim. Kemudian berkembang menjadi kritikos, artinya hakim karya sastra. Dalam sastra Latin Klasik, Criticus mendapatkan perhatian lebih tinggi, bahkan dalam dunia kedokteran.
Sumber Yunani ini berpusat pada "krinein". Disini menekankan pada aspek memisahkan, mengamati, menimbang dan membandingkan.
KBBI menyebut kritik sebagai kecaman dan tanggapan , atau kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu karya, pendapat dan sebagainya.
Wikipedia mengartikan sebagai analisis atau evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi dan atau membantu memperbaiki pekerjaan.
KRITIS
Pemikiran kritis bertahta dalam pemikiran kritis Socrates, yang dijabarkan oleh Plato. Terutama dalam dialog yang membahas tentang dunia etika.
Pertanyaan dasar: kemana Socrates menjadi petunjuk dasar yang baik; apakah dia melarikan diri dari penjara juga menjadi catatan kaki terselubung dalam memahami dunia kritis yang tepat tadi, baik Kant maupun siapapun yang bersentuhan dengan realitas kritisme.
Permenungan, pertimbangan, pencarian dan evaluasi yang diliputi dengan keraguan, kebimbangan, kekhawatiran dan harapan akan kejelasan menjaga ciri khasnya.
Kemudian Immanuel Kant, seorang filsuf asal Jerman yang mendamaikan konflik pemikiran rasionalisme dan empirisme dalam filsafat kritismenya.
Dia mendorong filsafat kritisme pada situasi yang krisis dan mengalami jalan buntu pada saat para pemikir di dunia dipenuhi dengan prinsip dasar dan mempertahankan argumentasi, bahkan entelktusentrisme.
Filsafat kritisme menjadi muara dari perbedaan sudut pandang antara rasionalisme dan empirisme yang meletakkan basis kebenaran, yang saya suka menyebutnya "ketepatannya".
Di dalam teori manajemen ada sebua metode yang disebut Critical Method Path (CPM). Dalam metode ini selalu dituntut agar seseorang mencari jalan terbaik dari situasi kritis dan krisis yang membuat seseorang atau perusahaan terancam gagal.
Secara matematis, metode ini sangat membantu orang atau kelompok untuk kapan harus memulai kegiatan, jalan bersamaan (dummy) dan harus berakhir.
Sedang KBBI secara sederhana mengartikan sebagai, semisal dalam keadaan krisis, gawat, genting; keadaan yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha.
Wikipedia mengartikan bahwa pada dasarnya kritis merupakan pemikiran mandiri, pendisiplinan diri, pemantauan diri dan koreksi diri. Pada umumnya melakukan analisis rasional, skeptis, tidak bias atau evaluasi bukti faktual.
KRISIS
KBBI menyebut sebagai keadaan yang berbahaya, parah sekali; keadaan yang genting dan bahaya sekali; keadaan suram.
Wikipedia menyebut seperti kamelut. Dimana, misalnya setiap peristiwa yang sedang terjadi yang mengarah pada situasi tidak stabil dan berbahaya yang mempengaruhi individu, kelompok, komunitas dan seluruh masyarakat.
Misalnya, konfrontasi yang tak kunjung henti dan belum adanya titik terang penyelesaian konflik berkepanjangan di Papua, yang sarat dengan krisis kemanusiaan, krisis pendidikan, kesehatan dlsb.
Dengan demikian, saya mau simpulkan secara sederhana begini, bawah kritik merupakan sebuah usaha untuk mempertimbangkan, memperbaiki dan memperbaharui (masukan dan saran dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi).
Sedangkan kritis adalah sebuah upaya permenungan atau semacam refleksi hidup untuk memastikan suatu kebenaran dan dengan demikian menghilangkan keraguan, kebimbangan dan kekhawatiran yang menghantui orang dalam ketidakpastian–ketepatan.
Sementara itu, krisis adalah keadaan yang bahaya, sehingga untuk mengatasi hal tersebut membutuhkan jalan keluar. Untuk manusia dan apapun bebas dari ancaman tertentu, tentu sajalah butuh usaha perbaikan, permenungan dan usaha pelurusan akan sesuatu.
Supaya tidak berakibat fatal pada kemudian hari, melainkan membangun kedisiplinan pola berpikir yang tepat dalam situasi yang tidak baik-baik saja hari agar kelak hidup dalam kedamaian yang tepat.
Kadang kita anggap pertanyaan orang yang mempertanyakan sesuatu itu dianggap sebagai kritik yang berlebihan, bakal menghormatinya karena dianggap kritis.
Keduanya, pada sisi tertentu benar adanya, tetapi di lain pihak tidak bisa kita menganggap itu sebagai sebuah kebenaran mutlak.
Saya mau katakan begini: "orang kalau bertanya sampai pertanyaannya itu menyentuh esensi dari sebuah fenomena, itu bukan semata-mata sebuah kritik semata, melainkan membantu kita untuk memahami sesuatu dengan tepat".
Bertrand Arthur William Russell, katakan bawa dalam segala sesuatu terdapat kompleksitas persoalan dan bahkan pemikaran.
Tentu saja ini merupakan pemahaman saya yang sederhana tentang apa itu Kritik, Kritis dan Krisis. Jika, Anda memiliki pandangan sendiri, boleh menulis dan sampaikan dengan sudut pandang yang berbeda, sama, mirip dan sejenisnya.
Gambar: Kritik yang kritis dalam suasana krisis itu sebuah keindahan, seperti orang yang menikmati senja di sore hari.